Traveling sambil Bersastra di Kuala Lumpur dan Johor Malaysia (Bag. 2)
15 Feb 2019
Add Comment
Keindahan
Pudu, Kuala Lumpur
Oleh Ihsan Subhan
Oleh Ihsan Subhan
Di Pudu, tepatnya di
China Town atau Kampung China, saya menginap di Hotel bintang dua nama hotelnya
The Sims Hotel. Dari nama hotel itu, teringat games the sims, yang sering dimainkan
teman saya waktu SMA dulu. Hehe.
Sesampai di jalan
Petaling, sebelum saya turun dari grab
car, seorang supir memberikan saya saran, agar dompet di simpan di saku
depan celana, dan menyarankan agar berhati-hati ketika sedang berjalan masuk ke
Pasar Petaling. Waktu itu pasar petaling sangat ramai pada sore hari. Banyak yang
berjualan di sana, mulai dari makanan, pakaian, dan pernak pernik hiasan atau
mercendise Malaysia. Pasarnya tak lebih dari pasar malam yang biasa diadakan di
Indonesia. Banyak tawaran diskon harga, dan ramainya penjual dan pembeli tengah
bernegosiasi.
Pudu tengah malam, sekira pukul 11.00 waktu Malaysia, kalau di Indonesia skitar pukul 00.00 WIB |
Dengan langkah yang agak
menyeramkan dan aneh. Saya mencoba untuk tenang berjalan menuju pintu hotel. Kebetulan
gerbang hotel depan dihalangi oleh tenant-tenant
pasar. Orang-orang di sana beragam. Rasanya saya tidak sedang berada di
Malaysia, hampir kebanyakan di sana orang-orang atau bangsa-bangsa China dan India.
Antara kulit hitam dan putih bercampuran di sana. Apalagi bangsa India di sana, tubuh-tubuhnya tinggi-tinggi
dengan kulit hitam pekat, dan mata yang tajam, banyak beberapa orang memandang
saya dengan aneh. Mungkin karena saya berbeda dari mereka dan terlihat sekali
style orang Indonesia (mungkin).
Lima langkah sebelum masuk gerbang. Tiba-tiba ada lelaki India dengan pakaian lusuh dan robek, memanggil-manggil saya dengan panggila “hey. Come here”. Kira-kira yang saya dengar seperti itu, dan saya ketakutan betul pada waktu itu. Dengan langkah kaki agak dipercepat. Akhirnya sampai juga di pintu masuk hotel.
Untuk para traveler Indonesia, jangan heran jika sesampai tiba di
Kampung China, di sana didominasi oleh kebangsaan China dan India. Bahasa yang
mereka pakai, kebanyakan memakai bahasa Inggris. Meskipun mereka sudah lama dan
lahir di Malaysia. Mereka lebih banyak menggunakan bahasa Inggris.
Di lobi hotel, saya
melihat ada percakapan yang begitu aneh, antara reseivesionist dengan tamu
hotel. Setelah diselidiki ternyata, tamu hotel itu bisu, dan tidak bisa
mendengar dengan baik. Katanya tamu hotel itu dari Thailand.
Saya memesan hotel dari
Indonesia tiga hari sebelum keberagkatan. Saya menggunakan aplikasi booking.com. kenapa memilih di booking.com,
karena aplikasi tersebut aman digunakan oleh para traveler untuk berpergian ke
luar negeri, dan tidak seperti aplikasi tetangga sebelah dari Indonesia yang
banyak permasalahan pada saat check in. di booking.com dengan mudahnya saya bicara kepada receptionistnya. Dengan
memberikan kode booking dan nama. Bahkan cukup dengan nama saja, sudah ketahuan
pesanan kita. Tentunya, saya berbicara dengan bahasa Inggris, sebab bahasa
Indonesia kurang begitu dimengerti dengan baik oleh perempuan penunggu tamu
itu. Nah, inilah yang membuat saya merasa keren sendiri. Seperti di Eropa saja.
Hahaha.
Sungguh mengejutkan
juga, ketika saya tengah menunggu kunci digital saya, di lobi. Banyak tourist-tourist
dari berbagai Negara di sana. Ada yang dari Belanda, Philiphina, Taiwan,
SIngapura, Australia, Hongaria, dan Perancis. Saya mengetahuinya, karena, saya Tanya
satu persatu. Haha. Hal itu saya lakukan, sebenarnya rasa penasaran yang besar
dan ingin membiasakan diri bicara bahasa Inggris saja. Hehe.
Ok. Akhirnya saya bisa
istirahat di kamar yang lumayan nyaman, dan fasilitas cukup memadai dengan
harga hotel cukup mengeluarkan 30 RM.
Ikuti catatan perjalanan
saya selajutnya ketika berada di negeri jiran bagian ketiga, (bersambung...)
0 Response to "Traveling sambil Bersastra di Kuala Lumpur dan Johor Malaysia (Bag. 2)"
Posting Komentar
tulis komentar anda yang paling keren di sini