Puisi-Puisi Sultan Musa

Ilustrasi lukisan kopi



TUMINDAK    TUAN  

mengapa  harus  takut  di  ujung  kabut  ?
saat  hujan  merinai  hitam
meski  bukan  tempat  dingin  kelam

mengapa  harus  gelisah  di  antara  awan?  
saat  diri  tertatah  legam
meski  melewati  jeda  waktu  suram

....biarlah  dipa  menemui  langkah  ini
tak  perlu  benci  atas  darsa  diri

....biarlah  damar  hembuskan  janji
tak  perlu  ragu  buana  imaji

apapun  itu  membalut  luka  Tuan
senja  tetap  berlabuh  karena  bersemayam  hati
yang  hangatnya  tak  kunjung  padam
-2022


TARHIB  GUNUNG

engkau sebagai gunung
teraduk bersumbu kebaikan
bercengkerama sederhana di benakku

pada elok engkau masih disana
saat itu pula kutersenyum 
menemukan diri sendiri
dan restu menabur jejak
; sesederhana menemukan kekuatan berserah dan pasrah

sepenuh hati mendengar
bersabda erat jawaban Ilahi
tersirat selaras doa
memeluk harapan tak terbatas
pun bila petuah itu hilang
; akan kucari tunak jawabannya !
(tetaplah bertabur bijak bersama cerita alam dan jangan pernah untuk menuntaskannya)
-2024


HAMPA TAK BERPARAS

seego apa kau pada kepuasan
selemah apa kau pada kegundahan 
setakut apa kau pada yang kehilangan
seresah apa kau pada kesemuan

semua ilusi terlihat menanggapi
tak di pikir tapi terus menjelma sebagai pikiran
nyata selalu tergambar fakta
tak diingat tapi terus menjelma sebagai ingatan

setegar apa kau pada keguncangan
sekokoh apa kau pada kepalsuan
sesendu apa kau pada kelemahan
sesabar apa kau pada kepastian

semua berayun terasa rancu
bentuk yang lalu keadaan semu
tergerus menjadi perantara lesu
berhembus ramai ke hulu

ku kenali  kau : tapi tanpa rupa
-2020


YANG  (PERNAH)  ADA  DALAM  KOPI

ia meyakinkan pengelana
sebagai kawan penuh makna
sejalan tak pernah hampa
mengulurkan tangan bahagia
-adalah ibarat nyanyian alam merimba

ia menyadarkan kejujuran laku
dan saka kehidupan menyatu
melebur saling merindu
begitu pertunjukannya mewaktu
-adalah dialog batin yang tak berlalu

ia meneguhkan baris  kata
kembali ke akar sukma
bertabuh talu dalam asa
walau masa lalu kerap terasa
-adalah tak beranjak saat menikmatinya

ia mendengar rahasia tersimpan
silih berganti dalam keheningan
merunut sayup-sayup pertemuan
atau sorot temaram perpisahan
-adalah caranya menguji arti kesungguhan

…..dan ia masih bernyawa,
menguar ketulusan aroma didalamnya

-2024


--
SULTAN  MUSA  berasal  dari  Samarinda  Kalimantan Timur. Tulisannya  tersiar  diberbagai  platform  media  daring  &  luring.  Karya  -  karyanya  masuk  dalam  beberapa  Antologi  bersama  penyair  Nasional  &  Internasional. Seperti “La Antologia De Poesia Cultural Argentina – Indonesia“ Antologi Puisi Budaya Argentina – Indonesia (2021), “Wangian Kembang : Antologi Puisi Sempena Konvesyen Penyair Dunia – KONPEN” yang di gagas Persatuan Penyair Malaysia (2018), Antologi Puisi “Negeri Serumpun” Khas Sempena Pertemuan Dunia Melayu GAPENA & MBMKB (2020), Antologi "The Mist" – International Poetry Anthology Global Writers (2023), Antologi Puisi “Cakerawala  Islam” MAIK – Majlis Agama Islam dan Adat Istiadat Melayu Kelantan-Malaysia (2022), Festival Sastra Internasional Gunung Bintan – Jazirah, Temu Karya Serumpun “Tanah Tenggara” Asia Tenggara (2023), HOMAGI – International Literary Magazine, Note Journey Magazine & puisinya terpilih pada event "Challenge Heart and Art for Change" Collegno Fòl Fest Turin -Italia (2024). Tercatat  pula  dibuku  “Apa  &  Siapa  Penyair  Indonesia  –  Yayasan  Hari  Puisi  Indonesia”  Jakarta  2017. Adapun  IG :  @sultanmusa97


Berlangganan update artikel terbaru via email:

0 Response to "Puisi-Puisi Sultan Musa"

Posting Komentar

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel