Buku Kumpulan Puisi Ihsan Subhan: Sampai Titik Hujan Penghabisan
12 Sep 2024
18 Comments
Sebuah Prolog "Sampai Titik Hujan Penghabisan"
Menulis adalah perayaan yang sering difestivalkan oleh saya sendiri, terutama menulis puisi. Banyak kata-kata yang sering muncul dalam benak, ketika saya tengah diam dan memperhatikan sesuatu. Entah itu sedang menetap di suatu tempat, atau selagi dalam menempuah perjalanan. Bahkan pada saat membaca buku dan menonton film.
Jika ditumpahkan ke dalam bait bait puisi, tentunya akan sangat menarik. Kata-kata yang berjubel di kepala saya, akan lebih efisien jika satu persatu dipadatkan kembali dalam bentuk puisi. Kemungkinan yang terjadi akan lebih baik lagi, daripada terus menerus menumpuknya di otak saya.
Orang-orang (mungkin) cenderung ingin memilih menulis terlebih dahulu, daripada menyimpannya dulu dalam benak. Namun saya belum mampu untuk itu. Terkadang, kita harus lebih dulu menikmati keresahan-keresahan yang terjadi pada diri kita. Agar lebih terasa, lebih khidmat, dan lebih alami.
Bila hal tersebut sudah diarungi, paling tidak meresapinya, baru lah saya menyusunnya ke dalam bentuk puisi. Proses-proses seperti itulah yang sering saya lakukan dalam berkarya.
Ternyata tidak hanya kata, gagasan/ide pun banyak dipendam. Apalagi soal puisi yang memang sangat dekat sekali dengan keseharian saya. Pada saat gagasan muncul di kepala saya. Maka yang sering saya lakukan adalah, dengan terus memenuhinya, dengan nutrisi-nutrisi lain. Bahkan tidak jarang, sebagai pelengkap ide tersebut, saya sering berdiskusi dan ngobrol renyah bersama kawan-kawan saya yang berbeda bidang dengan saya.
Buku kumpulan puisi bertajuk “Sampai Titik Hujan Penghabisan” merupakan puisi-puisi dengan beragam tema yang diangkat, dari mulai tema kebudayaan, sosial, alam hingga cinta. Ada juga beberapa puisi yang diambil dari buku antologi puisi bersama penyair-penyair nasional dan Asia Tenggara, sebagai pelengkap keindahan dan keberagaman tema di buku ini.
Berbeda dengan buku kumpulan puisi tunggal saya yang berjudul “Festival Cahaya, 2017”. Buku tersebut lebih didominasi dengan puisi-puisi yang sudah terpublikasikan di koran-koran lokal dan nasional. Namun tidak mengurangi estetika konsep buku tersebut.
Buku puisi “Sampai Titi Hujan Penghabisan” ini akan menjadi sejarah baru bagi saya pribadi. Di tengah kesibukan saya dalam bekerja sebagai jurnalis sekaligus konsultan IT, dan menggiati design grafis. Terlebih berperan juga sebagai suami dan seorang Ayah dengan dua anak perempuan. Hal tersebut, sebenarnya sering menjadi hal kompleks bagi saya untuk lebih rutin dalam menulis.
Meskipun demikian, namun setidaknya saya masih bisa menulis di tengah kesibukan-kesibukan saya yang lainnya, dan bersyukur sekali masih dapat menerbitkan buku kumpulan puisi ini dengan baik dan lancar.
Terima kasih kepada semua yang sering terlibat dalam keseharian saya, baik itu sebagai teman dan atau keluarga. Terima kasih juga kepada para sahabat yang rela berdiskusi sampai bergadang hampir tiap malam.
Terima kasih kepada guru-guru saya sewaktu sekolah dan kuliah. Terima kasih kepada para senior/sastrawan Indonesia, yang sering memberikan arahan terbaik dalam menulis, baik itu secara etika maupun dialektika.
Buku puisi ini juga saya persembahkan untuk kalian, yang belum mengenal saya. Dari ratusan juta penduduk Indonesia, mungkin hanya nol koma sekian persen yang tahu tentang saya. Maka, mari berkenalan lebih dekat lagi. Semoga ada kecocokan.
Cianjur, 1 Agustus 2024
Ihsan Subhan
jaid inget dulu waktu sd sering bikin puisi. meski nggak bagus-bagus amat wkwk. congrats kak untuk bukunyaa. keren banget bisa nerbitin buku. aku dari tahun lalu mau nerbitin buku susah banget hiks.
BalasHapusKeren.. di tengah kesibukan masih bisa sempat membuat puisi yang sarat dengan makna. Engga semua orang bisa itu. Pernah bikin sebuah karya dengan tipe multi wacana, mas?
BalasHapusHmmm bagus kok puisinya. Terutama buat orang terdekat dan tentunya effort bangt menulisnya. Meskipun keadaan sibuk...
BalasHapusNewsartstory
Wah keren! Cover bukunya juga cakep. Jadi ada beragam tema puisi di buku ini, ya. Totalnya ada berapa puisi, Mas?
BalasHapusPuisi-puisi dalam buku ini sungguh menyentuh kalbu. Ihsan Subhan berhasil melukiskan emosi yang begitu dalam dengan kata-kata yang indah. Setiap bait terasa seperti sebuah perjalanan batin yang menggugah.
BalasHapuscongrats kak buat bukunya, semoga bisa menebar manfaat ya/
BalasHapussaya jadi teringat dulu sering juga bikin puisi, sekarang gak lagi alasannya sibuk, padahal bisa aja kalau disempatkan. mungkin betul yg kk bilang, kl kita perlu diam dulu menikmati keresahan2 sebelum benar-benar menuliskannya..
Saya selalu memandang tinggi sebuah karya puisi karena saya tahu tak mudah memampatkan banyak kata dalam diksi yang ringkas namun padat.
BalasHapusSelamat, ya, Mas, sudah mengambil langkah besar dengan membuat puisi.
Minum kopi , baca buku ini sambil nikmati gerimis kok rasanya cocok ya. Anyways, selamat atas terbitnya buku kakak, semoga bisa membawa manfaat juga buat banyak orang. Keren. Pingin baca jadinya.. :D
BalasHapusSelamat ya kak atas pencapaiannya. Penulis bisa sampai di tahap punya buku sendiri tuh keren banget!
BalasHapusSaya yang seringnya bisa lekas lupa dengan keresahan atau ide yang mampir di kepala, amaze sekali dengan kemampuan Mas untuk memendam dan memeramnya terlebih dahulu sebelum dijadikan bahan tulisan dalam bentuk puisi. Keren sekali.
BalasHapusBuku puisinya keren banget! Gaya penulisan Ihsan Subhan bikin kita ngerasa deket, penuh makna. Pas buat yang suka merenung sambil ditemani hujan!
BalasHapusWah keren bisa menerbitkan buku kumpulan puisi. Semoga semakin produktif ya melalui karya2 puisinya
BalasHapusWaktu SMA hongga kuliah dan kerja kantoran saya kerap kirim puisi ke majalah dan koran, beberapa kali domuat. Tapi belakangan sesekali saja bikin puisi.
BalasHapusKalau saya setiap dapat ide harus segera dituliskan. Soalnya kalau gak begitu suka lupa dan kehilangan ide bagus tersebut.
BalasHapusGak masalah kalau rangkaian katabmasih belepotan, atau ide batu setengah. Yang penting amankan saja dulu. Hehehe
Jurnalis, IT, dan puisi. Bagaimana bisa menyelaraskan tiga bidang yang berbeda itu? Terutama, IT dan puisi.
BalasHapusBuku Sampai Titik Hujan Penghabisan karya Ihsan Subhan menawarkan kumpulan puisi yang sarat makna dan penuh perenungan mendalam. Setiap baitnya menggambarkan emosi yang kompleks, sekaligus merayakan keindahan dan kepedihan kehidupan. Buku ini cocok bagi penikmat sastra yang mencari pengalaman batin yang intens dan reflektif.
BalasHapusWow aktivitasnya banyak yaaa, ya kerja ya jadi ortu :D
BalasHapus"Sampai Titik Hujan Penghabisan" membuatku teringat pada puisi zaman dulu yang dari judulnya aja udah kek keliatan berat, bermakna mendalam juga.
Mantul banget, ternyata bikin sebuah buku puisi bukan imajinasi saja sumbernya tetapi juga dari hasil diskusi sampai bisa mengumpulkan kalimat2 putis gitu yaa.
Menulis itu benar benar menyenangkan ya kak. Baik itu puisi, artikel, maupun cerpen, semua kata kata yang tertuang di dalamnya, seperti membantu kita untuk mengurangi beban pikiran
BalasHapus