13 Puisi Sutardji Calzoum Bachri
1 Des 2022
Add Comment
Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri sangat familiar dengan puisinya yang mirip mantra, hingga kebanyakan pemerhati sastra, menyebut puisi-puisi karya Sutardji dengan sebutan "Puisi Mantra", dan ada yang paling fenomenal adalah istilah "Kredo Puisi". Kredo puisi sendiri adalah ungkapan persaksian yang mengandung wawasan estetik puisi-puisi dari karya Sutardji Calzoum Bachri. Hal ini juga telah menarik perhatian dunia Sastra.
Keunikan dari puisi yang dibuat oleh Presiden Penyair Sutardji Calzoum Bachri adalah, cara beliau memilah kata atau menempatkan diksi-diksinya dengan apik dan sederhana. Namun sarat pesan moral yang disampaikannya.
Selain itu, bunyi kata dalam setiap lariknya banyak mengandung aliterasi dan asonansi yang membuat kesan membacanya sangat indah dan nyaman diucapkan.
Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri sering menceritakan tentang pengalaman spiritualnya kepada Tuhan yang Maha Agung. Penyair yang sering tampil membaca puisi di luar negeri ini pun telah banyak mendapatkan penghargaan di bidang sastra.
Puisi-puisi Sutardji Calzoum Bachri yang sering ditemukan di buku pelajaran sekolah, perguruan tinggi, dan di media cetak maupun daring, puisi-puisinya pun sering dijadikan referensi sebagai contoh puisi modern dan juga pembacaan puisi di peringatan hari-hari besar nasional bahkan puisinya sering dijadikan sebagai puisi wajib dalam acara kompetisi baca puisi.
PUISI-PUISI SUTARDJI CALZOUM BACHRI
WALAU
walau penyair besar
takkan sampai sebatas allah
dulu pernah kuminta tuhan
dalam diri
sekarang tak
kalau mati
mungkin matiku bagai batu tamat bagai pasir tamat
jiwa membumbung dalam baris sajak
tujuh puncak membilang bilang
nyeri hari mengucap ucap
di butir pasir kutulis rindu rindu
walau huruf habislah sudah
alifbataku belum sebatas allah
1979
MANTERA
lima percik mawar
tujuh sayap merpati
sesayat langit perih
dicabik puncak gunung
sebelas duri sepi
dalam dupa rupa
tiga menyan luka
mangasapi duka
puah!
kau jadi Kau
Kasihku
LUKA
ha ha
1976
husspuss
diamlah
kasihani mereka
mereka sekedar penyair
husspuss
maafkan aku
aku bukan sekedar penyair
aku depan
depan yang memburu
membebaskan kata
memanggilMu
pot pot pot
pot pot pot
kalau pot tak mau pot
biar pot semau pot
mencari pot
pot
hei Kau dengar manteraku
Kau dengar kucing memanggilMu
izukalizu
mapakazaba itasatali
tutulita
papaliko arukabazaku kodega zuzukalibu
tutukaliba dekodega zamzam lagotokoco
zukuzangga zagezegeze zukuzangga zege
zegeze zukuzangga zegezegeze zukuzang
ga zegezegeze zukuzangga zegezegeze zu
kuzangga zagezegeze aahh....!
nama nama kalian bebas
carilah tuhan semaumu
HEMAT
dari hari ke hari
bunuh diri pelan-pelan
dari tahun ke tahun
bertimbun luka di badan
maut menabungKu
segobang-segobang
1977
TRAGEDI WINKA DAN SIHKA
kawin
kawin
kawin
kawin
kawin
ka
win
ka
win
ka
win
ka
win
ka
winka
winka
winka
sihka
sihka
sihka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
ka
sih
sih
sih
sih
sih
sih
ka
Ku
AH
rasa yang dalam!
datang Kau padaku!
aku telah mengecup luka
aku telah membelai aduhai!
aku telah tiarap harap
aku telah mencium aum!
aku telah dipukau au!
aku telah meraba
celah
lobang
pintu
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
rasa yang dalam
rasa dari segala risau sepi dari segala nabi tanya dari segala nyata sebab dari segala abad sungsang dari segala sampai duri dari segala rindu luka dari segala laku igau dari segala risau kubu dari segala buku resah dari segala rasa rusuh dari segala guruh sia dari segala saya duka dari segala daku Ina dari sega- la Anu puteri pesonaku!
datang Kau padaku!
apa yang sebab? jawab. apa yang senyap? saat. apa
yang renyai? sangsai! apa yang lengking? aduhai
apa yang ragu? guru. apa yang bimbang? sayang.
apa yang mau? aku! dari segala duka jadilah aku
dari segala tiang jadilah aku dari segala nyeri
jadilah aku dari segala tanya jadilah aku dari se-
gala jawab aku tak tahu
siapa sungai yang paling derai siapa langit yang paling rumit
siapa laut yang paling larut siapa tanah yang paling pijak si-
apa burung yang paling sayap siapa ayah yang paling tunggal
siapa tahu yang paling tidak siapa Kau yang paling aku kalau
tak aku yang paling rindu?
bulan di atas kolam kasikan ikan! bulan di jendela
kasikan remaja! daging di atas paha berikan bosan!
terang di atas siang berikan rabu senin sabtu jumat
kamis selasa minggu! Kau sendirian berikan aku!
Ah
rasa yang dalam
aku telah tinggalkan puri purapuraMu
yang mana sungai selain derai yang mana gantung selain sambung
yang mana nama selain mana yang mana gairah selain resah yang
mana tahu selain waktu yang mana tanah selain tunggu
yang mana tiang
selain
Hyang
mana
Kau
selain
aku?
nah
rasa yang dalam
tinggalkan puri puraMu!
Kasih! jangan menampik
masuk Kau padaku!
BATU
batu mawar
batu langit
batu duka
batu rindu
batu jarum
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati janji?
Dengan seribu gunung langit tak runtuh dengan seribu perawan
hati tak jatuh dengan seribu sibuk sepi tak mati dengan
seribu beringin ingin tak teduh. Dengan siapa aku mengeluh?
Mengapa jam harus berdenyut sedang darah tak sampai mengapa
gunung harus meletus sedang langit tak sampai mengapa peluk
diketatkan sedang hati tak sampai mengapa tangan melambai se-
dang lambai tak sampai. Kau tahu?
batu risau
batu pukau
batu Kau-ku
batu sepi
batu ngilu
batu bisu
kaukah itu
teka
teki
yang
tak menepati
janji?
TAPI
aku bawakan bunga padamu
tapi kau bilang masih
aku bawakan resahku padamu
tapi kau bilang hanya
aku bawakan darahku padamu
tapi kau bilang cuma
aku bawakan mimpiku padamu
tapi kau bilang meski
aku bawakan dukaku padamu
tapi kau bilang tapi
aku bawakan mayatku padamu
tapi kau bilang hampir
aku bawakan arwahku padamu
tapi kau bilang kalau
tanpa apa aku datang padamu
wah!
1976
DAGING
daging
coba bilang
bagaimana arwah masuk badan
bagaimana tuhan
dalam denyutmu
jangan diam
nanti aku marah
kalau kulahap kau
aku enak sekejap
aku sedih
kau jadi taik
daging
kau kawan di bumi di tanah di resah di babi babi
daging
ging ging
kugali gali kau
buat kubur
dari hari
ke hari
1979
mawar lepas rasa
tikam lepas luka
gunung lepas puncak
kini aku bebas
kutaklagi punya tawanan
batu tak lagi beban
mawar tak peduli wangi
laut tak acuh luas
bebas
ngiau
was was was was was was
was was was
was
was was was was
huss
puss
diam
makanlah
se
Ada
mmmmMu!
1973-1974
PARA PEMINUM
di lereng-lereng
para peminum
mendaki gunung mabuk
kadang mereka terpeleset
jatuh
dan mendaki lagi
memetik bulan
di puncak
mereka oleng
tapi mereka bilang
- kami takkan karam
dalam laut bulan –
mereka nyanyi nyanyi
jatuh
dan mendaki lagi
di puncak gunung mabuk
mereka berhasil memetik bulan
mereka menyimpan bulan
dan bulan menyimpan mereka
di puncak
semuanya diam dan tersimpan
NGIAU
Suatu gang panjang menuju lumpur dan terang tubuhku me-ngapa panjang. Seekor kucing menjinjit tikus yang menggele-par tengkuknya. Seorang perempuan dan seorang lelaki bergi-gitan. Yang mana kucing yang mana tikusnya? Ngiau! Ah gang
yang panjang. Cobalah tentukan! Aku kenal Afrika aku kenal Eropa aku tahu Benua aku kenal jam aku tahu jentara aku kenal terbang. Tapi bila dua manusia saling gigitan menanamkan gigi-gigi sepi mereka aku ragu menetapkan yang mana suka yang mana luka yang mana hampa yang mana makna yang mana orang yang mana kera yang mana dosa yang mana surga.
HILANG (KETEMU)
batu kehilangan diam
jam kehilangan waktu
pisau kehilangan tikam
mulut kehilangan lagu
langit kehilangan jarak
tanah kehilangan tunggu
santo kehilangan berak
Kau kehilangan aku
batu kehilangan diam
jam kehilangan waktu
pisau kehilangan tikam
mulut kehilangan lagu
langit kehilangan jarak
tanah kehilangan tunggu
santo kehilangan berak
Kamu ketemu aku
O
dukaku dukakau dukarisau dukakalian dukangiau
resahku resahkau resahrisau resahbalau resahkalian
raguku ragukau raguguru ragutahu ragukalian
mauku maukau mautahu mausampai maukalian maukenal maugapai
siasiaku siasiakau siasiasia siabalau siarisau siakalian siasiasia
waswasku waswaskau waswaskalian waswaswaswaswaswaswaswas
duhaiku duhaikau duhairindu duhaingilu duhaikalian duhaisangsai
oku okau okosong orindu okalian obolong orisau oKau O....
Tentang Penyair Sutardji Calzoum Bachri
Sutardji Calzoum Bachri dilahirkan pada tanggal 24 Juni 1943 di Rengat, Indragiri Hulu, Riau. Beberapa karyanya adalah: 1. O (Kumpulan Puisi, 1973), 2. Amuk (Kumpulan Puisi, 1977), dan 3. Kapak (Kumpulan Puisi, 1979). Kumpulan puisnya, Amuk, pada tahun 1976/1977 mendapat Hadiah Puisi Dewan Kesenian Jakarta (DKJ). Kemudian pada tahun 1981 ketiga buku kumpulan pusinya itu digabungkan dengan judul O, Amuk, Kapak yang diterbitkan oleh Sinar Harapan. Selain itu, puisi-puisinya juga dimuat dalam berbagai antologi, antara lain: 1. Arjuna in Meditation (Calcutta, India, 1976), 2. Writing from The Word (USA), 3. Westerly Review (Australia), 4. Dchters in Rotterdam (Rotterdamse Kunststechting, 1975), 5. Ik Wil Nogdulzendjaar Leven, Negh Moderne Indonesische Dichter (1979), 6. Laut Biru, Langit Biru (Jakarta: Pustaka Jaya, 1977), 7. Parade Puisi Indonesia (1990), 8. Majalah Tenggara, 9. Journal of Southeast Asean Lietrature 36 dan 37 (1997), dan 10. Horison Sastra Indonesia: Kitab Puisi (2002).
Demikian 13 "Puisi Sutadji Calzoum Bachri" yang paling populer di kalangan masyarakat, terutama di kalangan para pelajar, mahasiswa, guru, dan dosen. Semoga puisi di atas dapat memberikan manfaat bagi kita semua.
0 Response to "13 Puisi Sutardji Calzoum Bachri "
Posting Komentar
tulis komentar anda yang paling keren di sini