Analisis Puisi "Garis Tengah" dalam Buku Antologi Puisi Khatulistiwa Dari Negeri Poci 11

buku antologi puisi khatulistiwa


Baiklah, berhubung buku antologi puisi yang bertajuk "Khatulistiwa" sudah sampai di tangan saya. Sangat kebetulan sekali, puisi saya pun masuk ke dalam buku tersebut.

Buku antologi puisi Khatulistiwa merupakan buku yang diterbitkan oleh KKK dan diprakarsai oleh Komunitas Radja Ketjil dan kegiatannya diberi nama Antologi Puisi "Dari Negeri Poci" atau sering disebut DNP. Setidaknya DNP sudah meluncurkan sebelas buku. satu diantaranya untuk penerbitan di tahun 2021 ini adalah buku yang diberi tema "Khatulistiwa".

Para penyair yang masuk ke dalam buku tersebut merupakan hasil dari penilaian dewan juri yang juga merupakan penyair Indonesia dan sudah teruji kemampuannya di bidang sastra dan puisi. Maka, sudah tentu juga, penyair-penyair yang puisinya masuk ke dalam buku tersebut adalah para penyair yang karyanya bagus-bagus.

Nah, berhubung puisi saya masuk ke dalam buku tersebut, setidaknya saya ingin sedikit mengulas atau menganalisisnya. Puisi saya yang masuk ke dalam buku antologi puisi Khatulistiwa hanya ada dua judul. Namun yang akan saya ulas adalah puisi yang berjudul "Garis Tengah".

Kenapa dengan garis tengah?

Garis tengah adalah frasa yang menurut saya sangat tepat untuk dijadikan judul untuk puisi yang bertemakan "Khatulistiwa", dan ini tentu saja sangat relevan dengan isi puisi yang saya tulis. Sebelum melangkah lebih jauh, berikut saya tampilkan puisinya secara utuh.

Garis Tengah

Aku menemukanmu dalam buku pelajaran sekolah
Sewaktu dulu, pada saat menimba cinta yang brutal
Seperti amuk monyet yang nakal
Di hari yang tak kuduga, 
kepala berubah bentuknya menjadi bola dunia
Lalu di sebatang hidung dan di kantung mataku
seperti dilintasi khatulistiwa;
Sewaktu-waktu aku tidak menemukan bayangan
Meski matahari tengah menerangi semesta
Jika ada hujan yang mengalir tersesat di sana
Maka aku akan mencium aroma Indonesia
Yang seringkali menjadi pemupuk rindu
Mengenang hidmatnya upacara kenaikan bendera
Dan bernyanyi di barisan paduan suara
Bertajuk Indonesia raya, mengheningkan cipta,
hingga dari Sabang sampai Merauke 

Cianjur, 2021

Tipografi dan Gagasan Munculnya Judul Puisi

Tipografi puisi di atas sangat sederhana, saya hanya menulis 1 bait dan 16 baris. Hanya menggunakan satu bait memang sudah saya rencanakan sebelumnya. Tetapi menulis dalam 16 baris itu tidak direncakan sama sekali.

Terkadang menulis puisi sulit untuk ditebak, bahkan di luar dari rencana. apalagi soal susunan baris dan bait. Yang sering saya pikirkan adalah, bagaimana puisi itu terasa berisi, pejal, dan kuat.

Karena temanya adalah tentang istilah Geografi, maka tentunya saya harus membuat puisi tersebut penuh dengan visual atau imajinasi suatu tempat dan keadaan. Entah tempat apa itu dan keadaan yang bagaimana. Terkadang banyak makna yang terkandung dalam suatu tempat dan kondisi. Yang jelas bagi saya 'Khatulistiwa' adalah semacam garis tengah dari bumi ini, selain itu garis tengah adalah semacam kata benda yang harus ada wujudnya. Maka puisinya pun harus mampu membuat imajinasi yang seolah tak hanya sekedar dibayangkan, namun bisa disentuh sampai ke lubuk jiwa paling dalam. Dan akhirnya terbentuklah judul puisi "Garis Tengah". Begitu kira-kira.

Kesan dan Majas 

Di baris pertama untuk pembuka puisi, saya memakai diksi 'buku' dan 'sekolah'. "Aku/menemukanmu/ dalam/buku/pelajaran/sekolah..." Ini sebagai kalimat awalan yang tidak saya duga, sebelumnya saya akan menulis imajinasi lain atau tadinya saya akan menuliskan terlebih dahulu kata kunci khatulistiwa yaitu dengan diksi 'bumi'. Namun pada saat saya menulis, tiba-tiba tangan harus mengetik ke imajinasi kenangan pada saat bersekolah.

Dengan menggunakan prolog seperti itu, justru imajinasi saya jadi semakin liar, namun tetap fokus pada tema yang ditentukan. Saya jadi teringat kenangan dulu sewaktu di SMA tengah belajar Geografi yang mempelajari terkait garis khatulistiwa lengkap dengan nama-nama daerah atau wilayah yang dilalui oleh garis khatulistiwa. Namun yang membuat saya tersenyum kecil adalah, bahwa sebenarnya dulu saya belajar Geografi justru dari guru bahasa Perancis saya. Tersebab guru bahasa saya adalah orang yang pintar dalam pengetahuannya di bidang Geografi.

"...Sewaktu dulu/pada saat/menimba cinta/yang brutal//Seperti amuk monyet/yang nakal//..."

Di baris kedua dan ketiga, saya memakai diksi 'cinta' dan 'monyet' sebagai kesinambungan cerita atau merespons dari baris pertama yang berkaitan dengan cerita/kenangan di sekolah.

Bisa dibaca jelas, bahwa saya masih sedang berimajinasi dengan kenangan dulu di sekolah yang bercerita tentang perasaan cinta remaja pada umumnya, dan saya memakai majas hiperbola dalam puisi; 'cinta yang  brutal'. Saking tingginya cinta di usia remaja dutambah pubertas awal masa remaja, maka saya gunakan diksi 'brutal', sebagai cara untuk mengagungkan cinta. 

Selain itu pada baris berikutnya dijelaskan kembali, apa yang dimaksud cinta yang brutal itu. Maka saya tulis dengan menggunakan majas Simile, yaitu 'seperti amuk monyet yang nakal'.

Tidak hanya itu, majas simile pun tampak di baris ke enam (6) dan ke tujuh (7); "... Lalu/di sebatang hidung/dan di kantung mataku//seperti dilintasi khatulistiwa//...". Sedangkan majas hiperbola ada juga pada baris ke 10; "...Jika ada hujan/yang mengalir/tersesat di sana//..."

Majas lainnya yang secara tidak sengaja saya tulis dalam puisi di atas adalah 'Metafora'. Metafora merupakan majas yang sangat sering sekali digunakan penyair untuk menulis puisi. Makanya banyak kritikus sastra atau peneliti sering menyebut begini "Puisinya sarat dengan metafora".

Seperti yang saya tulis pada baris ke lima (5); "...kepala berubah bentuknya/menjadi bola dunia//...".

Bunyi Puisi

Loh ko? Memang puisi bisa berbunyi?

Dulu sebelum puisi modern hadir, puisi sangat terikat sekali dengan bunyi, typografi, bahkan apik menggunakan tanda baca sesuai EYD. Bisa kita contohkan, misalnya pantun. Pantun merupakan puisi lama yang sampai saat ini masih lestari di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Pulau Sumatra, dan Kepulauan Riau.

Sudah kita ketahui, pantun pun memiliki keterikatan dengan bunyi. maksudnya adalah bunyi vocal atau ucapan yang diakhir kalimat taua katanya selalu sama, atau kita sering akrab menyebutnya rima. Misalnya; AB AB dan AA AA. 

Nah, bunyi dalam puisi pun bisa disematkan seperti itu, bahkan dalam puisi modern, kita bebas menyematkan bunyi sesuka kita. Namun bagi saya sebagai penyair, menyematkan bunyi puisi musti hati hati, tidak asal tulis juga.

Banyak beragam bunyi dalam puisi, namun saya belum bisa menjelaskannya di sini secara keseluruhan. Tetapi kita bisa lihat seperti dalam puisi saya di atas yang bertajuk "Garis Tengah". Ada banyak bunyi di dalam setiap barisnya yaitu; "...Sewaktu dulu/pada saat menimba cinta/yang brutal//Seperti amuk monyet/yang nakal//..."

Dapat dilihat dan dibaca dengan benar, bahwa bunyi yang saya pakai di bari ke dua dan ketiga adalah bunyi yang disebut 'rima akhir'. Dimana rima akhir ini sama sama memiliki ujung pengucuapan "-al" dari kata 'brutal' dan 'nakal'.

Ada lagi bunyi yang disebut 'Aliterasi', yaitu pengulangan bunyi huruf mati atau konsonan dalam suatu kalimat atau baris puisi. Misalnya; "...Sewaktu-waktu/aku tidak menemukan bayangan//...".

Bisa dibaca dan dilihat, bahwa dalam satu baris puisi tersebut, memiliki banyak huruf konsonan 'k' yang berjumlah 5 huruf yang diulang.

Selain dari itu bunyi 'Asonansi' pun hadir di puisi yang berjudul "Garis Tengah" di atas. Asonansi merupakan bunyi pengulangan huruf hidup atau vocal pada baris puisi atau kalimat. Contohnya seperti pada baris pertama puisi saya di atas; "...Aku menemukanmu/dalam buku/pelajaran sekolah//...". Yang lebih dominan dari baris pertama ini adalah pemakaian atau pengulangan huruf  'a' sebanyak enam (6) huruf, dibandingkan huruf lainnya.

Keindahan Puisi dan Pesan Moral 

Puisi adalah karya sastra yang memiliki keunikannya dalam berkata-kata. Unik di sini adalah pembeda dengan jenis karya tulis lainnya. Maka dari itu, elemen elemen yang digunakan dalam pembentukan suatu puisi sangat banyak. Namun dari situlah puisi sangat berharga dan memiliki nilai seni yang tinggi. Karena puisi masuk ke dalam keilmuan seni, yaitu masuk pada sub ilmu sastra. Maka puisi harus memiliki keindahan, seperti karya-karya seni lainnya.

Dari puisi yang bertajuk 'Garis Tengah', Tentunya memiliki pesan moral yang ingin disampaikan oleh penyair. Saya menulis puisi tersebut meski dibatasi dengan tema dari penyelenggara kegiatan. Tetap saja jika berbicara isi kandungan dalam puisi, harus memiliki pesan moral yang baik.

Bagi saya letak geografis Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) ini sangat strategis. Garis khatulistiwa adalah salah satu bukti nyata bahwa Indonesia merupakan negara yang berada di garis tengah bumi ini. Betapa bersyukurnya kita berada pada posisi tersebut. Terlebih betapa beruntungnya juga bagi warga yang berada tepat dilewati garis zero latitude (garis lintang 0º) atau yang biasa disebut garis khatulistiwa dan equator Bumi. Seperti; Kota Bonjol di Sumatera Barat, Kota Pontianak di Kalimantan Barat, Kalimantan tengah, Kalimantan Timur, Sulawesi, Kepulauan Batu di Sumatera Utara, Pulau Halmahera di Maluku Utara, dan Pulau Waigeo di Papua Barat.

Pembuktian pesan baik yang ingin saya sampaikan pada puisi Garis Tengah di atas, bisa dibaca pada baris ke 10 sampai 16. Sudah terasa aroma ke-cinta-an pada Indonesianya pada pilihan diksinya yang sengata dimunculkan, seperti; Indonesia, upacara kenaikan bendera, paduan suara, dan saya menyebut judul-judul lagu Indonesia yang sering dinyanyikan pada saat upacara kenaikan bendera.

Ini merupakan pesan moral yang ingin saya sampaikan, betapa akan rindunya dengan Indonesia, ketika kita berada di luar negeri. Betapa rindunya kita saat ini, dan mengenang kegiatan nasionalisme yang sering dilakukan sewaktu di sekolah. Dan, betapa bangganya kita sebagai bangsa Indonesia berada pada garis khatulistiwa.

Demikian, sedikit ulasan dari puisi yang saya tulis berjudul "Garis Tengah" dalam buku Antologi Puisi Khatulistiwa, Dari Negeri Poci 11 tahun 2021. Semoga artikel ini bisa bermanfaat bagi semua, khususnya bagi saya pribadi. Mohon maaf jika ada keselahan dalam penulisan dan penyampaiannya. Terima kasih. (Ihsan Subhan)  
  

 
 

Berlangganan update artikel terbaru via email:

28 Responses to "Analisis Puisi "Garis Tengah" dalam Buku Antologi Puisi Khatulistiwa Dari Negeri Poci 11 "

  1. Terima kasih atas essay indah yang mempreteli tiap potongan puisi, makna tersirat, dan teknik penyusunan dari puisi kakak yang terdapat dalam antologi buku ini. Jujur ketika saya membacanya, saya langsung jatuh hati pada pilihan katanya. Utamanya pada baris-baris awal yang menurut saya sukses menjadi pembukaan yang manis tersebab adanya kaitan yang menggambarkan kecintaan terhadap negeri ini dengan kenangan masa lalu, semisal penggambaran masa-masa sekolah dengan cinta monyet (yang memang ketika kita mengenangnya rasa-rasanya moment itu adalah bagian dari potongan hidup masing-masing orang yang sukses mengukirkan senyum karena biasanya perasaannya masih murni dan penuh kepolosan, juga meluap-luap sehingga relate dengan kata brutal) dan pengambilan bentuk ekspresi yang menautkan majas-majas tertentu saya pikir bagus ya. Kata-katanya mengalir lancar, enak diucapkan, indah dibayangkan... menuju ke tengah sampai baris akhirpun terasa hidup saja deskripsinya.

    Oh ya, btw jadi tahu malah belajar geografi dari guru Bahasa Perancis kakak. Keren :)

    Sukses Kak untuk buku antologinya dan semangat berkarya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. sebelumnya terima kasih sudah membaca sampai tuntas. Inilah penyebabnya, kenapa saya sangat suka menulis puisi ketimbang menulis karya tulis lainnya. Karena memang dalam puisi banyak tersirat makna dan tersurat diksi, yang jika dibentuk akan sangat indah, apalagi jika kita memiliki dasar, bakat, imajinasi yang liar, dan pengetahuan yang mumpuni. pasti akan terasa berbeda cara menulis puisinya.

      Oh iya. kebetulan dulu sekali, guru bahasa saya memang sering mengajarkan geografi dan ilmu kehidupan. Jadi kalaupun masuk kelas dia jarang sekali mengajar bahasa Inggris atau Perancis, malah belajar tentang pengetahun lain dan kehidupan. jika mengajar bahasa asing pun, beliau lebih dominan mengajarkan kami tentang sastra dan kebudayaan dari negara asing tersebut. hehe.

      Sukses kembali untuk adek gembul...

      Hapus
  2. Puisi itu indah dan penuh makna. Apalagi kalau tentang romansa. Bisa bikin klepek2 yang membacanya hehehe :) Puisi garis tengah dalam buku antologi puisi khatulistiwa ini menarik ya :) Ada pesan moral yang menggambarkan kecintaan rakyat Indonesia pada Nusantara ini terutama ketika berada nun jauh di luar sana.

    BalasHapus
    Balasan
    1. hehe.. puisi memang begitu mbak... bisa bikin klepek klepek orang ya...

      Hapus
  3. Saya dah lama banget nggak baca ulasan tentang buku puisi neh, makasih Kak. Negeri Poci itu Kota Tegal bukan ya Kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Nah, sila sesekali mampir kembali, di sini saya sering menulis ulasan dan analisi karya sastra. Negeri Poci adalah nama lain dari kota Tegal yang khas dengan minuman teh pocinya. Jadi penamaan Dari Negeri Poci sengaja dibuat untuk mempopulerkan teh khas Indonesia di Tegasl kepada seluruh dunia.

      Hapus
  4. Puisi emang kata-katanya sederhana tapi maknanya oh sungguh dalam. Ini nih alasanku suka baca puisi.

    BalasHapus
    Balasan
    1. dan suka menulis juga. ya kan? Lanjutkan dek... Sesekali kita bisa diskusi soal karya sastra lain, seperti cerpen atau novel, apalagi puisi.

      Hapus
  5. Aku suka baca puisi krn puisi memiliki pesan tersirat dan pesan moral yg disampaikan kepada penulis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Saya perbaiki kalimatnya ya... Maksudnya begini mungkin ya. "puisi memiliki pesan moral yang dibuat penulis untuk pembacanya"

      Hapus
  6. Kalau inget puisi, jadi inget jaman sekolah waktu pelajaran Bahasa Indonesia. Puisi tuh banyak banget makna / pesan di dalamnya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Inget juga sama Rangga dan Cinta gak? Di film AADC... Heuheu

      Hapus
  7. Wow luar biasa ya ini, mengupas dengan detail atas sebuah puisi. Puisi memang serumit itu ya, merangkum banyak makna, dengan memperhatikan kaidah-kaidah tertentu, lalu mewujudkannya menjadi deretan kata-kata yang enak dibaca.
    Dapet banget ya temanya Khatulistiwa-nya, jadi puisi Garis Tengah yang apik.
    Kerennn emang puisinya, Kak. Semangat terus buat berkarya 👍☺️

    BalasHapus
    Balasan
    1. Puisi tidak serumit itu ko, yang rumit itu jelimetnya rindu yang tak kunjung padam, karena pandemi terus saja menggerus rindu hingga karam. heuheu...

      Hapus
  8. Wuih berbobot nih. Bikin puisi itu susah lho, tapi ini bagus banget. DIperdalam pula. Maknanya keren. Diksinya juga bagus. Aku tau banget, untuk bikin puisi itu butuh baca yang banyak, merenung yang lama, dan pengalaman yang hebat. Selamat, ya!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih mbak Nunik, selamat juga, karena sudah membaca sampai tuntas.

      Hapus
  9. Menarik puisinya. Baru pertama kali ini saya baca tulisan yang mengupas dalam mengenai isi puisinya karena biasanya saya sendiri susah memahami makna di balik sebuah puisi tapi memang sih dibanding karya lain puisi memiliki keunikannya tersendiri

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya mbak, karena di balik puisi itu ada detail unsur intrinsik dan ekstrinsiknya, jika itu dikupas atau dianalisis pasti lebih sangat mudah memahaminya.

      Hapus
  10. dari dulu pengen banget bisa belajar mencintai puisi, tapi mungkin emang otakku tidak se kreatif itu. good job mas

    BalasHapus
    Balasan
    1. Belajarlah untuk mencintai puisi mbak, mulai dari membaca buku buku puisi dari penyair penyair tersohor atau yang sudah teruji. Kreatifitas akan datang sendirinya mbak... Selamat menulis puisi

      Hapus
  11. Setelah kubaca, puisinya memang bagus banget. Pengen banget bisa buat puisi sebagus itu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih.. semua puisi yang dibuat pasti bagus, karena puisi adalah karya seni sastra. Tetapi tidak semua puisi bagus itu baik, karena puisi memiliki unsur unsur yang membuat puisi itu tersusun baik.

      Hapus
  12. Wahh disini jadi banyak belajar nih cara membuat puisi dan bagaimana cara membacanya. Teringat sekali kapan terakhir kali belajar dan membaca puisi, waktu itu masih sekolah dasar disuruh langsung oleh buguru untuk membuat sepatah puisi dan langsung membacakannya didepan kelas bersama dengan teman-teman.. Jadi rindu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya betul mas. Dari analisis puisi, kita bisa mengetahui unsur unsur yang membangun dari sebuah puisi.

      Hapus
  13. Menulis puisi gini sebenarnya jauh lebih sulit daripada nulis blog yang 1000 kata. Selain ketepatan kata, pas enggaknya juga cantik tidaknya tatanan kata harus diperhatikan ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bagi beberapa orang yang tidak menyukai puisi, rasanya akan sulit. Namun beberapa orang yang menyukai puisi pasti ada kemudahan untuk menulis puisi. Membuat artikel pun sama, akan sulit bagi orang orang yang tidak suka menulis.

      Hapus
  14. Aku jadi pengin minum teh pociii
    puisi nan indah dan artistik banget ini
    keren!

    BalasHapus
    Balasan
    1. Mari mbak... Lalu kita teguk huruf huruf, bersama dengan kata kata, dan lebih lama meletakan bibir di tepi cangkir, biar lebih terasa sedap dan segar... - Ihsan Subhan

      Hapus

tulis komentar anda yang paling keren di sini

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel