Teman Tidak Sekedar Membantu Kesullitan Kita dalam Keuangan
16 Mar 2019
Add Comment
Ilustrasi seseorang tengah mengeluh kepada temannya, foto : ugetuget |
Seorang
teman pernah bertanya, “bagaimana kita punya teman paling baik, melebihi
sahabat, yang sering kita sangka lebih baik dari pertemanan?”
Saya
pun enggan menjawab. Sebab pertanyaan itu pun sempat saya tanyakan kepada diri
sendiri, dan sampai sekarang yang saya pahami tentang teman adalah, semacam
relasi kala kita tengah mengalami sendiri dan memerlukan pertolongan.
Dari
definisi yang saya tafsirkan sendiri, sungguh tak bisa kita tolak
pengertiannya. Secara pengalaman dan logika, memang benar sekali. Siapa yang
tak pernah dibantu oleh teman. Untuk ukuran manusia seperti saya, yang
(mungkin) kebutuhannya semakin bertambah, apalagi sudah punya istri dan anak. Kebutuhan
dan pengeluaran akan sangat meroket. Lalu, selain teman kita di rumah (istri)
yang sering membantu dalam soal doa-men-doa-kan suaminya. Saya pun harus menghubungi
atau mendatangi teman kerja atau teman sewaktu di sekolah dulu, yang kini
sukses atau tingkatan ekonominya lebih mapan dari saya.
Sebagai
makhluk sosial, sering kita mengalami hal yang mendesak dan memerlukan teman
yang saya sebut tadi. Ini adalah hal yang paling menguras adrenalin kita, sebab
yang ingin kita harapkan adalah, dibantu oleh teman soal financial, yang kerap kali dalam kehidupan pertemenan selalu
sensitif. Artinya, anggapan-anggapan lain selalu muncul, entah itu kapan dan
bagaimana cara membayarnya, atau ada juga yang berpikir bagaimana jika tidak dibayar.
Atau pun terkadang canggung juga jika suatu saat bertemu, sedang kita masih
punya utang-piutang kepada teman kita.
Masalah keuangan adalah masalah baku setiap orang. Dalam mengatasinya, kita perlu mengerahkan banyak tenaga dan pikiran. Berbagai solusi sering kita lakukan, hari demi hari selalu kita coba untuk mengatasinya. Tetapi, jika sudah mentok. Teman lah yang harus kita temui, meski kita masih punya saudara atau keluarga.
Menyoal
teman memang berbagai paradigma muncul di benak kita, dan sering sekali kita
merasa tidak nyaman atau tidak enak untuk memohon, mengucapkan keinginan untuk
dibantu oleh teman kita itu. Sekali lagi, sebab yang kita bicarakan adalah
persoalan ekonomi/keuangan yang mengitari kepala kita. Persoalan yang rumit dan
kadang selalu berdampak terhadap emosi kita.
Tentunya,
jika memang kita punya teman, harusnya teman kita memahami tentang apa yang
kita inginkan, apa yang kita pikirkan, apa yang kita alami, sampai persoalan
keuangan yang jadi buronan di otak kita pun, harus dipahami oleh seorang teman
yang bijak.
Hemat
saya, jika teman yang kita temui tidak memberikan solusi. Mungkin kita bisa
memandang, bahwa teman memang dibutuhkan hanya untuk menemani kita
curhat/bercerita terkait keluh kesah.
Akhirnya
kesimpulan dari apa yang saya alami dan mungkin setiap orang alami, urusan
keuangan ini sungguh sangat vital. Jika tidak diselesaikan dengan kepala
dingin, mungkin dampak lain kita akan mencari pelampiasan kepada sesiapa yang
kita temui, baik di rumah, di tempat kerja, atau di lingkungan masyarakat
lainnya. Teman tidak hanya sekedar meminta bantuan saja, tetapi saling
memahami, dukung-mendukung, dan berbagi.
Rotasi
kehidupan masih bergulir. Masalah dan kebahagiaan, pasti akan terus hadir di
dunia ini. Manfaatkan peluang-peluang yang relevan dengan kapasitas diri kita,
dan dekatilah teman yang memiliki kesukaan yang sama, jalan pikiran yang sama,
juga bijak dalam menyarankan solusi dari setiap masalah yang kita alami. (Ihsan Subhan)
0 Response to "Teman Tidak Sekedar Membantu Kesullitan Kita dalam Keuangan"
Posting Komentar
tulis komentar anda yang paling keren di sini