Puisi : Lebaran dan Sepucuk Melati di Tubuh Syawal
3 Feb 2019
Add Comment
Oleh: Ihsan Subhan
Lebaran dan Sepucuk Melati di Tubuh Syawal
-kepada fitrah
Sudah kutunggu kau berhari-hari
Sudah kuciumi sajadah matahari,
purnama, angin, dan hujan di enam puluh sembilan hari
Cukup lama untuk menunggangi cuaca dan segala macam badai menimpa
Kini aku ingin kembali padamu,
dan menemuimu tidak dalam kecemasan labirin-labirin pada karatnya waktu.
Tidak lagi kudindingi tenggorokanku dengan dahaga maha beku
Kini sudah kuselesaikan sembilan September ini
dengan kebanggaan yang membuncah
Kau lahir pada syawal yang akan mengawali haluan hidup
penuh pembersih dan pewangi. Kau diterjen dalam lautan bulan-bulananku.
Ah kau. Amat menggemaskan air mata, bibir dan lidahku.
Fit, sungguh kumenyadari betapa putihnya dirimu.
Entah bagaimana aku mengukurnya.
Warna susu atau awan tidak akan mungkin mengalahkanmu.
Aku melihatmu dalam rupa buih yang tawakal di gelombang samodra
Dan aku pun melihat matamu menyongsong hijriah demi hijriah
membara dengan kesturi.
Fit, apa mungkin kau akan kembali,
padaku yang sempat membenci hari.
Atas jam-jam yang kudebui dan kukotori.
Apa mungkin kau akan menempati jiwaku lagi.
Sementara tubuhku cuma dapat menampung ketupat dan sayur-sayuran
juga ayam goreng lengkap dengan sambal kentang
Fit, sudah kubeli baju, celana,
dan semua yang kupakai dulu, kini akan menjadi baru
Tapi bisa kah kau jadi pakaian baruku untuk selamanya.
Sebab aku ingin selalu terjaga dari debudebu dan kuman nakal itu
Maka aku berharap banyak kepada dirimu,
agar kau jangan melepas diri dari tubuhku
Fit, bagiku.
Kau serupa perisai yang akan menghijabi bakteri-bakteri
yang kerap tergeraigerai di dalam rumah atau di ruang entah lainnya.
Dan sewaktu-waktu ia akan menghujaniku
dengan riuh meruah berwarna kelam dan seram—menyesatkan
Maka aku berharap banyak kepada dirimu,
Agar kau selalu membentengiku dengan lafadz-lafadz kesucianmu
Fitrah, kekasihku,
kulihat kau tengah menarinari di puncak bulan,
kau juga bernyanyinyanyi di setangkaian hujan, dan
aku pun melihatmu mengobor sorga ke pusat-pusat kota dan pelosok.
dunia kini memeriahkan ritus kedatanganmu,
bersama kawanan senyum cinta dari jejakan tanah amal
dan koinkoin doa semesta yang kurasa betapa kekal.
Cianjur, 2012
Lebaran dan Sepucuk Melati di Tubuh Syawal
-kepada fitrah
Sudah kutunggu kau berhari-hari
Sudah kuciumi sajadah matahari,
purnama, angin, dan hujan di enam puluh sembilan hari
Cukup lama untuk menunggangi cuaca dan segala macam badai menimpa
Kini aku ingin kembali padamu,
dan menemuimu tidak dalam kecemasan labirin-labirin pada karatnya waktu.
Tidak lagi kudindingi tenggorokanku dengan dahaga maha beku
Kini sudah kuselesaikan sembilan September ini
dengan kebanggaan yang membuncah
Kau lahir pada syawal yang akan mengawali haluan hidup
penuh pembersih dan pewangi. Kau diterjen dalam lautan bulan-bulananku.
Ah kau. Amat menggemaskan air mata, bibir dan lidahku.
Fit, sungguh kumenyadari betapa putihnya dirimu.
Entah bagaimana aku mengukurnya.
Warna susu atau awan tidak akan mungkin mengalahkanmu.
Aku melihatmu dalam rupa buih yang tawakal di gelombang samodra
Dan aku pun melihat matamu menyongsong hijriah demi hijriah
membara dengan kesturi.
Fit, apa mungkin kau akan kembali,
padaku yang sempat membenci hari.
Atas jam-jam yang kudebui dan kukotori.
Apa mungkin kau akan menempati jiwaku lagi.
Sementara tubuhku cuma dapat menampung ketupat dan sayur-sayuran
juga ayam goreng lengkap dengan sambal kentang
Fit, sudah kubeli baju, celana,
dan semua yang kupakai dulu, kini akan menjadi baru
Tapi bisa kah kau jadi pakaian baruku untuk selamanya.
Sebab aku ingin selalu terjaga dari debudebu dan kuman nakal itu
Maka aku berharap banyak kepada dirimu,
agar kau jangan melepas diri dari tubuhku
Fit, bagiku.
Kau serupa perisai yang akan menghijabi bakteri-bakteri
yang kerap tergeraigerai di dalam rumah atau di ruang entah lainnya.
Dan sewaktu-waktu ia akan menghujaniku
dengan riuh meruah berwarna kelam dan seram—menyesatkan
Maka aku berharap banyak kepada dirimu,
Agar kau selalu membentengiku dengan lafadz-lafadz kesucianmu
Fitrah, kekasihku,
kulihat kau tengah menarinari di puncak bulan,
kau juga bernyanyinyanyi di setangkaian hujan, dan
aku pun melihatmu mengobor sorga ke pusat-pusat kota dan pelosok.
dunia kini memeriahkan ritus kedatanganmu,
bersama kawanan senyum cinta dari jejakan tanah amal
dan koinkoin doa semesta yang kurasa betapa kekal.
Cianjur, 2012
0 Response to "Puisi : Lebaran dan Sepucuk Melati di Tubuh Syawal"
Posting Komentar
tulis komentar anda yang paling keren di sini